The Unforgettable Moments of MaDee Indonesia 2015

 

Perjalanan kali ini memakan waktu cukup lama, selama jarak tempuh ketika aku mudik dari Jogja ke rumah. Butuh waktu 4 jam. Bukan, ini bukan lagi mudik. Ini adalah perjalanan pulangku dari Hongkong ke Singapore, sebelum bertolak lagi ke Indonesia. Di ketinggian ribuan meter di atas sana, senja terlihat begitu memesona dari balik kaca pesawat kami. Sungguh suatu nikmat luar biasa bisa menikmati pemandangan ini. Terlalu sayang untuk melewatkan momen-momen ini yang entah kapan lagi akan terulang. Waktu pun terasa begitu cepat, menyisakan kenaganan-kenangan yang begitu  indah telah diijinkan untuk membersamai teman-teman delegasi Indonesia dalam Make a Difference Forum 2015 di Hongkong.

Madee Indonesia ft Malaysian, China and pakistani

Madee Indonesia ft Malaysian, China and pakistani

Btw, siapa sih yang ga tau Hongkong? Kita bahkan sering mengalihkan isu dengan kata “Hongkong” ini. Like this one, hehehe

A : Eh, Lu dah punya pacar ya ?

B : Wkwkwk. Pacar dari Hongkong ? Masih jomblo euy :v

Well. Serius lagi nih. Anyway

“You get a strange feeling when you’re about to leave a place. Like you’ll not only miss the people you love but you’ll miss the person you are now at this time and this place, because  you’ll never be this way ever again.” (@umulfah, 2015)

Yaaaah, mungkin Hongkong menawarkan begitu tempat menarik untuk dikunjungi, seperti Disney Land, The Peak, Heritage Tour, Gaint Budha, Ocean Park, Madame Tussauds, gemerlapnya gedung-gedung pencakar langit, bahkan perpaduan budaya barat dan timur yang ada di negara tetangganya, Macau yang bisa ditempuh 1 jam naik ferry. Semua itu bakal ga berkesan apa-apa tanpa kebersamaan dengan kalian, Madee Indonesia. Justru The unforgettable moments adalah saat kita hampir beberapa detik ketinggalan pesawat dari Singapore ke Hongkong, bangun kesiangan, lari-lari ngejar MTR (Mass Rapid Transport nya HK), brisik sendiri di MTR, telat ikut acara MaD sampai akhirnya memutuskan get lost  sendiri, narsis selfie di semua tempat, sholat dhuhur dan ashar di taman diliatin orang-orang, failed masak nasi, kelaperan bareng-bareng, makan  bekal nasi lauknya abon/srundeng/boncabe/mie goreng bareng, ikut free market dan ngenalin “ini lho Indonesia”, ngerjain bule-bule China, ngasih tantangan bule-bule china main bekel, ngincipi makanan-makanan tradisional bakpia, dodol, ampyang, terus ngajarin bule-bule china misuh-misuh (ups), sampai mbribiki  (modusin cewe) bule-bule China hehehe. Tidak dipungkiri, terkadang juga ada miskom di antara kita yang pada akhirnya bisa membuat kita sadar dan lebih peka dengan sesama.

IMG_6776

Get lost in Macau

IMG_6706

Get lost in Macau

IMG_6595

Free Market from Indonesia

 

FYI (for your information), di Hongkong itu agak sulit menemukan makanan halal dan biaya hidup terutama untuk tempat tinggal tergolong sangat tinggi. Salah satu problem awal yang kami hadapi adalah where we will stay in Hongkong ? Sudah beberapa tempat kami coba usahakan, mulai dari LSM Indonesia, mencari hostel-hostel paling murah yang ada di internet, sampai mencoba peruntungan lewat coachsurfing. Dan alhamdulillah, cukup melegakan sampai pada akhirnya 10 orang  dari kami bisa tertampung di KJRI (Konsulat Jenderal RI) Hongkong, 2 di coachsurfing, 3 di kontrakan Ustaz Fahmi yang ada di Hongkong, dan 4 di yayasan Irsyad Hongkong. Mayoritas kami, yang di KJRI dan Irsyad, berada di daerah Causeway Bay dimana bisa dibilang little nya Indonesia ya di sini. Di Causeway Bay terdapat sejumlah cabang bank Indonesia dan restoran milik orang Indonesia seperti Restoran Indonesia dan Restoran Malang milik Pak Muhammad Nur Ali (Orang tertua Indonesia yang ada di Hongkong yang turut membantu mendirikan KJRI Hongkong). Memulai dari nol sebagai Buruh Migran Indonesia  sejak tahun 60an, kini Pak Ali bisa mandiri bahkan memiliki restoran dan toko muslim (salah satu yang terbesar di Hongkong).

Sholat di Taman

Sholat di Taman

Mbribiki

Mbribiki

Bicara tentang buruh migran indonesia (BMI), begitu mereka lebih suka dipanggil ketimbang TKI, ada banyak hikmah dan kisah-kisah inspiratif selama mereka berjuang di negera yang secara administratif masih dalam bagian China daratan ini. Adalah Mbak Ummy, Mbak Ika, Mbak Ifa, dan para BMI lain yang telah bertahun-tahun tidak sekedar menjadi BMI biasa, namun juga aktif membangun   organisasi yang mewadai BMI lain untuk mendapatkan pencerahan ruhiyah, menjaga aqidahnya, belajar menulis sampai bisa menerbitkan buku, majalah, kumpulan cerpen serta memberikan ketrampilan softskill seperti menjahit dan komputer bagi para BMI lain. Bahkan, beberapa BMI ada juga yang benar-benar quality time melanjutkan kuliah di Hongkong sampai pada akhirnya mendapatkan gelar sarjana.

Sejujurnya, uang tak kan pernah mampu membalas kebaikan Mbak Ummy, Mbak Ika, Mbak Ifa, dan BMI lain yang telah banyak ngopeni kami selama di Hongkong. Teriring doa kami, Madee Indonesia, agar Allah lah yang membalas kebaikan BMI sekalian dengan balasan yang berlipat-lipat di dunia dan di akhirat. Tak luput juga segenap jajaran KJRI dan Ustaz Fahmi yang juga turut ngopeni kami selama di Hongkong. Kami serasa menemukan rumah dan keluarga kami sendiri di Hongkong.

Tapinlo with BMI @Irsyad_HK

Tapinlo with BMI @Irsyad_HK

Pada akhirnya, kita mesti kembali lagi ke Indonesia setelah beberapa hari dimanjakan dengan tata wilayah kota yang apik, infrastruktur dan public transportation yang nyaman dan tepat waktu. Negara kita memang belum sebagus itu dan kita sadar masih banyak yang harus dibenahi bersama.Guys, masa depan bangsa ini ada di tangan kita. Alumni Madee pastilah seorang changemaker yang tidak hanya bisa mengutuk kegelapan, namun mampu menyalakan  benderang dan menginspirasi sekitar sesuai bidangnya. In syaallah, semoga kita dapat dipertemukan lagi dalam kesempatan yang lebih membahagiakan. Amiin.

Special thanks for Madees Indonesia : Fanbul, Hibran, Adit, Ulfah, Eda, Furqon, Restu, Ayu, Hika, Faiz, Ainun, Aciw, Clara, Iqoh, Ika, Madsol, Melly, Mbak Intan, dan Edwin.

 

DSCN0188

Selfie dulu hehehe

 

One response to “The Unforgettable Moments of MaDee Indonesia 2015

Leave a comment